NAPOLEON BONAPARTE
Napoleon Bonaparte (15 Agustus 1769 - 5 Mei 1821) adalah seorang jendral perang, dan penguasa Perancis sebagai Konsul sejak 11 November 1799 sampai 18 Mei 1804. Napoleon adalah seorang tentara jenius. Selama lebih dari satu dekade, dia menaklukkan sebagian besar daratan Eropa. Napoleon berasal dari keluarga bangsawan lokal dengan nama Napoleone di Buonaparte. Keluarga Bounaparte adalah berasal dari Italia, yang pindah ke Korsika di abad ke-16. Napoleon Bonaparte adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Ia lahir di Casa Bounaparte, di kota Ajaccio, Korsika, pada tanggal 15 Agustus 1769, satu tahun setelah kepulauan tersebut diserahterimakan Republik Genoa kepada Perancis. Ayahnya, Nobile Carlo Bounaparte, seorang pengacara, pernah menjadi perwakilan korsika saat Louis XVI berkuasa di tahun 1777. Ibunya bernama Maria Letizia Ramolino. Ia memiliki seorang kakak, Joseph; dan 5 adik, yaitu Lucien, Elisa, Louis, Pauline, Caroline, dan Jérôme. Napoleon di baptis sebagai katolik beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang kedua, tepatnya tanggal 21 Juli 1771 di Katerdal Ajaccio.
Pada bulan Januari 1779, Napoleon didaftarkan pada sebuah sekolah agama di Autun, Perancis, untuk belajar bahasa Perancis, dan pada bulan Mei ia mendaftar di sebuah akademi militer di Brienne-le-Château. Di sekolah, ia berbicara dengan logat Korsika yang kental sehingga ia sering dicemooh teman-temannya; memaksanya untuk belajar. Napoleon pintar matematika, dan cukup memahami pelajaran sejarah dan geografi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Brienne pada 1784, Napoleon mendaftar di sekolah elit École Militaire di Paris. Di sana ia dilatih menjadi seorang perwira artileri. Ketika bersekolah di sana, ayahnya meninggal. Ia pun dipaksa menyelesaikan sekolah yang normalnya memakan waktu dua tahun itu menjadi satu tahun. Ia diuji oleh ilmuwan terkenal Pierre-Simon Laplace, yang di kemudian hari ditunjuk oleh Napoleon untuk menjadi anggota senat.
Ia menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia 10 tahun, kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya diantaranya melawan Austria dan Prusia.
Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh dataran Eropa baik dengan diplomasi maupun peperangan. Diantaranya adalah Belanda dengan diangkatnya adiknya Louis Napoleon,Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon, Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja yang kemudian melakukan pengkhianatan, sebagian besar wilayah Italia yang direbut dari Austria dan Polandia dengan diangkatnya Joseph Poniatowski sebagai wali negara Polandia.
Namun tidak semua peperangan di Eropa dimenangkannya. Beberapa kegagalan Napoleon antara lain ketika berperang melawan gerilyawan di Spanyol, pertempuran laut di Trafalgar, Kegagalan dalam penyerangan ke Mesir, dan Kegagalan dalam menyerang Rusia Puncak kemunduran Napoleon adalah ketika mengalami Kekalahan di Waterloos aat berhadapan dengan gabungan pasukan Inggris, Belanda dan Prusia mengakibatkan dia dibuang ke Pulau Saint Helena sampai wafatnya.
Pada bulan Januari 1779, Napoleon didaftarkan pada sebuah sekolah agama di Autun, Perancis, untuk belajar bahasa Perancis, dan pada bulan Mei ia mendaftar di sebuah akademi militer di Brienne-le-Château. Di sekolah, ia berbicara dengan logat Korsika yang kental sehingga ia sering dicemooh teman-temannya; memaksanya untuk belajar. Napoleon pintar matematika, dan cukup memahami pelajaran sejarah dan geografi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Brienne pada 1784, Napoleon mendaftar di sekolah elit École Militaire di Paris. Di sana ia dilatih menjadi seorang perwira artileri. Ketika bersekolah di sana, ayahnya meninggal. Ia pun dipaksa menyelesaikan sekolah yang normalnya memakan waktu dua tahun itu menjadi satu tahun. Ia diuji oleh ilmuwan terkenal Pierre-Simon Laplace, yang di kemudian hari ditunjuk oleh Napoleon untuk menjadi anggota senat.
Ia menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia 10 tahun, kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya diantaranya melawan Austria dan Prusia.
Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh dataran Eropa baik dengan diplomasi maupun peperangan. Diantaranya adalah Belanda dengan diangkatnya adiknya Louis Napoleon,Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon, Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja yang kemudian melakukan pengkhianatan, sebagian besar wilayah Italia yang direbut dari Austria dan Polandia dengan diangkatnya Joseph Poniatowski sebagai wali negara Polandia.
Namun tidak semua peperangan di Eropa dimenangkannya. Beberapa kegagalan Napoleon antara lain ketika berperang melawan gerilyawan di Spanyol, pertempuran laut di Trafalgar, Kegagalan dalam penyerangan ke Mesir, dan Kegagalan dalam menyerang Rusia Puncak kemunduran Napoleon adalah ketika mengalami Kekalahan di Waterloos aat berhadapan dengan gabungan pasukan Inggris, Belanda dan Prusia mengakibatkan dia dibuang ke Pulau Saint Helena sampai wafatnya.
Kata Napoleon Bonaparte.
Seorang pemimpin wajib hukumnya untuk bisa membangkitkan semangat, harapan, antusiasme dalam menggapai suatu tujuan bersama.
Apakah pula arti harapan itu? Hope is a waking dream kata Aristotle.
Harapan adalah mimpi yang sudah “bangun”/ mendekati kenyataan, karena akan segera timbul aksi-aksi untuk mewujudkannya. Apakah yang akan terjadi manakala pemimpin tak bisa memberi harapan pada anak buah? Karirnya tamat, walaupun secara formal struktural masih tertulis jabatannya, tapi dalam nyata dia tiada.
Napoleon sendiri adalah orang yang penuh harapan, dan menginfeksikan harapan itu kepada anakbuahnya. Tapi ada tambahan dari sekedar harapan. Katanya, A man will fight harder for his interests than for his rights. Seorang laki-laki adalah makhluk yang egois, yang selalu mencari keuntungan pribadi yang nyata untuk dirinya. A soldier will fight long and hard for a bit of colored ribbon. Dia menemukan bahwa anak buahnya akan bertempur dengan semangat jika ada harapan untuk mendapatkan sebuah pengakuan/tanda jasa! Dan itu kemungkinan besar berlaku pula untuk kita.Pragmatis! Dan kebanyakan manusia seperti itu. Dalam Pemilu, seringkali pemberian sejumlah uang/hadiah di hari menjelang pemilihan lebih efektif mendulang suara dari mengharapkan sebuah hubungan menguntungkan dalam kerangka jangka panjang. Ini nyata. Berdasarkan dari pengamatan pribadi. Sebuah keuntungan jangka pendek (uang) ditambah sejumlah intimidasi secara halus atau kasar jika ada kesempatan (oleh aparat pemerintahan sampai ke level RW/RT) akan mampu mendulang suara.
Selanjutnya, agak mirip dengan filsosofi Pak Harto, An army marches on its stomach. Dia berkata, tentara harus perang dalam keadaan perut isi, jangan dibiarkan kelaparan. Bukankah Pak Harto dulu memerintah dengan prinsip jangan sampai rakyat kelaparan? Hasilnya pemerintahannya bertahan sampai 3 dekade, walaupun itu harus dengan mengorbankan orang-orang yang berseberangan, tangan besi. Hajar,sikat, lenyapkan bila melawan.
Selanjutnya, bagaimana tingkat pede seorang pemimpin itu seharusnya?
France has more need of me than I have need of France. Dia bilang dia percaya bahwa hanya dia yang mampu membebaskan negara Prancis. Kalau seorang pimpinan tidak pede, tidak punya rencana, visi mau diapakan jalannya organisasi, dia bukanlah memimpin, tetapi hanya duduk enak-enak makan fasilitas seorang penjabat. Yang macam ini disebut Napoleon sebagai “To live defeated and inglorious is a daily death”. Seorang yang hidup terjajah dan tanpa harga diri, adalah seperti mengalami kematian setiap kali bangun tidur! Ini pendapat Napoleon loh….
Selanjutnya dia merasa perlu untuk menaikkan ke pedean tentaranya, maka dia katakan ke anak buahnya,“ England is a nation of shopkeepers“. Orang-orang Inggris hanyalah bangsa yang berisi para penjaga toko! Tidak bisa perang. Maka naiklah pede anak buahnya. Siap untuk dibawa memerangi orang Inggris.
Seorang pemimpin harus mampu membuat narasi cerita yang akan menarik anak buahnya untuk menjalani peran yang akan dimainkannya, Pemimpin selalu mampu membangkitkan harapan, bahkan menjual harapan baru kepada anakbuah. Sehingga bawahan akan mau terus dibawa maju. Tanpa itu sebuah organisasi lesu darah, tiada gairah anak buah untuk bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar